Membanjirnya Produk-Produk Luar Negeri di Pasar Dalam Negeri

Sekarang IPTEK makin lama makin berkembang, tidak terkecuali dalam negeri kita, Indonesia. Perkembangan IPTEK harusnya membuat hidup kita semakin mudah dan semakin baik, tetapi pada kenyataannya, IPTEK berdampak negatif terhadap negeri kita. Salah satu contoh nyata adalah membanjirnya produk-produk luar negeri ke dalam pasar dalam negeri.

Kita lihat saja secara riil, dimana-mana saat kita ingin membeli barangpasti ada tulisan dibuat di negara apa, tetapi setiap kali membeli sesuatu, seperti pada contohnya di supermarket atau mall, pasti tulisannya selalu “made in (negara lain)”, jarang sekali bertemu barang yang “Made in Indonesia”. Bahkan di platform-platform online, susah mencarinya, jika menemukannya juga pasti lebih mahal dari barang-barang impor. Di jalanan-jalann kita juga melihat motor mobil banyak sekali yang impor dari luar negeri, bahkan mendominasi pasar. Dalam kehidupan kita juga, hal yang sangat penting, HP, sebagian besar dibuat dan diimpor dari Tiongkok.

Fenomena ini terjadi karena berbagai faktor yang saling berkesinambungan satu sama lain. Pemerintah Indonesia tidak memberi bea cuka yang tinggi bagi barang impor, dan tidak mengecek barang impor dengan ketat sehingga banyak yang masuk dan dapat menjual barang dengan harga relatif murah. Selain itu, Indonesia ikut dalam berbagai perjanjian perdagangan bebas seperti WTO (World Trade Organization), ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area), yang membuat impor antar negara jauh lebih mudah. Karena ACFTA kita juga lebih mudah mengimpor dari Tiongkok yang memproduksi massal berbagai hal yang kemudian diimpor ke Indonesia dan dijual dengan harga murah sehingga penjual lokal tidak bisa bersaing dalam harga.

Banyak penjual lokal kalah dalam segi harga, inovasi, dan kualitas, dibandingkan dengan barang impor. Dengan maraknya e-commerce atau online shopping, banyak konsumen lebih memilih untuk membeli barang di online karena lebih praktis, tetapi banyak penjual lokal yang juga belum beralih pada menjual secara online, sedangkan barang impor banyak sekali barangnya di online. Juga, produksi lokal tidak dapat mencukupi kebutuhan nasional.

Bukan hanya pemerintah dan penjual, para pembeli juga berefek besar pada hal ini. Banyak orang gengsi dan ingin brand yang terkenal atau barang-barang yang sedang viral di media sosial, dan sebagian besar barang itu pasti merupakan barang dari luar negeri dan harus diimpor untuk didapatkan. Tetapi banyak orang juga tidak mengetahui ada barang-barang lokal yang berkualitas atau malah meremehkan barang produksi lokal dengan menganggapnya lebih rendah dan jelek daripada barang impor. Semua faktor-faktor dari penjual, pemerintah, dan pembelinya sendiri membuat permintaaan untuk barang impor tinggi sehingga lebih banyak barang lagi yang diimpor dan terus berlanjut siklusnya.

Pada Januari 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan bahwa Indonesia mengimpor sekitar 18 juta USD, yang walaupun lebih rendah dari sebelumnya, tetap tinggi. Kita tentunya berpikir bahwa pastilah barang-barang yang diimpor seperti elektronik atau pokoknya barang-barang yang memang secara logika penjual lokal tidak bisa penuhi dan bidang yang kita memang kurang. Tetapi, seperti contohnya di 2022, sekitar 9,4 juta USD untuk mengimpor barang-barang plastik, seperti yang untuk barang rumah tangga dari sebagian besar negara-negara ASEAN (sumber: Kementerian Perdagangan). Bukan hanya itu, bahkan bahan pokok seperti gandum pun kita impor, seperti pada 2022, oleh website Kementerian Perdagangan, Indonesia mengimpor sekitar 5,9 juta USD dari Australia, Argentina, dan Kanada.

Bukti lain kita bisa lihat dalam sehari-hari. Mobil yang kita pakai, pasti dibuat dari luar negeri dan diimpor ke dalam negeri. Merk mobil yang mendominasi pasar seperti Toyota, berasal dari Jepang, atau Wuling dan DFSK yang sekarang sedang aik daun, yang berasal dari Tiongkok. HP yang selalu digenggam kita, pasti antara lain bermerek Apple, Samsung, Huawei, Xiaomi, atau Oppo. Walaupun masih ada merek-merek lain, tetapi merek-merek tersebut yang dominan, dan semua itu adalah hasil impor. Setiap kali kita beli makanan, atau barang kebutuhan sehari-hari di supermarket, pasti tulisannya banyak yang “Made in China” ataupun negara lain.

Karena itu, untuk mengurangi dampak ini, dan mengatasi fenomena dimana ada terlalu banyak produk luar negeri yang membanjiri pasar dalam negeri, kita harus melakukan beberapa upaya. Kita sendiri, harus mulai mencari-cari barang lokal yang bisa kita beli yang dapat mengganitkan barang impor tertentu yang biasa kita beli. Setelah itu, harus kita sebarluaskan ke orang lain. Selain itu, kita harus menghadiri pameran dan bazaar-bazaar yang menunjukan produk lokal, seperti yang di IKEA, yang ada satu tempat yang ada stand-stand barang lokal.

Tetapi, karena itu, para pengusaha lokal juga harus berusaha menyebarluaskan informasi tentang produknya, baik lelwat mulut maupun iklan-iklan supaya para konsumen pun tau akan adanya usaha tersebut dan bisa membelinya. Selain itu, pengusaha juga harus berusaha berinovasi dan menambah variasi pada produknya.

Oleh sebab itu, pemerintah juga harus menduung para pengusaha secara finansial untuk berinovasi karena inovasi membutuhkan buang. Pemerintah juga harus membatasi impor yang berlebihan yang masuk ke dala negeri.

Impor barang ke dalam negeri, terutama secara berlebihan berdampak buruk bagi Indonesia. Oleh karena itu, kita harus berusaha sebaik mungkin untuk mengatasi masalah ini dan mendukung pengusaha lokal supaya Indonesia pun bisa bertumbuh.

~Karmel XII MIPA 8/22~

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *